SISWA-SISWI SD DAN SMP DIKABUPATEN TEGAL KEMBALI BELAJAR CARA TATAP MUKA


Oleh EW, 02 November 2020
Sumber: tegalkab.go.id

Slawi- Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Tegal mulai melaksanakan Pembelajaran Tatap Muka (PTM ) pada Senin (26/10/2020) setelah sempat belajar daring beberapa pekan lalu.

Terlihat siswa-siswi sangat antusias melaksanakan kegiatan belajar di sekolah, walaupun pembelajaran tatap muka tersebut berbeda dengan sebelum adanya wabah virus COVID-19.

“Belajar di rumah terlalu bebas. Seolah tidak ada target belajar, yang ada cuma mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru begitu banyak ,” tutur dia.

Sementara itu, guru Bahasa Indonesia SMPN 1 Margasari, Agus Umar Hakim mengatakan, Pembelajaran Tatap Muka (PTM) itu membuat siswa sangat antusias meski masih ada beberapa anak yang tidak hadir. Sebab, ada kekhawatiran orang tua dan beberapa desa yang zona merah sehingga anak diperkenankan tidak masuk sekolah. Seperti siswa dari Desa Kalisalak, Jatilaba, Karangdawa, dan Pakulaut.

“Pembelajaran Sitem Tatap Muka ini dengan sistem sift. No absen 1 – 16 hari Senin Rabu s/d Jumat. Kemudian 17 – 32, Selasa Kamis hingga Sabtu. Siswa-siswi terlihat senang dan antusias belajar di sekolah. Walaupun belajarnya berbeda dengan sebelum Corona,” ungkap dia.

Kembalinya Pembelajaran Tatap Muka ini sesuai surat edaran Nomor : 800/04/62971 tanggal 20 Oktober 2020 tentang Pembelajaran Tatap Muka pada Satuan Pendidikan diLingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Tegal. Pelaksanaannya harus menerapkan protokol kesehatan. Seperti, cek suhu/thermo gun, cuci tangan pake sabun, duduk satu meja satu anak zig-zag, pake masker, istirahat tetap di lingkungan sekolah, dan diusahakan orang tua antar jemput.

Hal yang sama diungkapkan Tiza Alif Wildan, guru kelas kelas 4 SDN Rembul 01 Desa Rembul Kecamatan Bojong. Menurut dia, siswa-siswi sangat senang dengan PTM kembali. “Anak terlihat senang bisa bertemu teman-teman satu satu kelas. Saat ditanya, anak-anak semua bilang senang belajar di sekolah. Kalau di rumah, katanya bosen.”(EW).