Stunting sudah menjadi masalah di Indonesia sejak lama. Stunting sendiri adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada di bawah standar (WHO 2015). Hal ini terjadi karena asupan nutrisi yang kurang. Sekarang pemerintah sedang gencar melakukan pencegahan stunting mulai seperti sosialisasi dan memberikan makanan bergizi untuk ibu hamil dan balita yang biasanya diberikan pada saat imunisasi rutin tiap bulan. Namun sepertinya hal itu kurang efektif dilakukan karena kurangnya literasi masyarakat pada umumnya. Masyarakat pada umumnya berpikir bahwa pencegahan stunting berarti minum vitamin dan makan makanan bergizi yang mereka pikir makanan bergizi harus mahal. Berikut beberapa makanan murah dan mudah didapatkan yang bernutrisi tinggi.
ASI Eksklusif
Setiap ibu yang telah melahirkan pasti sudah diberikan ASI oleh Allah dan itu adalah makanan / minuman paling bergizi untuk bayi. Ibu yang memakan makanan yang biasa saja, katakanlah murah namun masih bergizi dengan ibu yang memakan makanan yang mahal yang pastinya bergizi tidak akan berpengaruh banyak dengan ASI yang dihasilkan. ASI yang dihasilkan memiliki nilai gizi yang sama. Permasalahan yang umumnya terjadi adalah ASI yang keluar sedikit atau tidak keluar sama sekali. Ada banyak makanan yang bisa menjadi ASI booster yang mudah didapatkan seperti sayuran hijau; bayam, daun katuk, selada, brokoli, dan lainnya.
Jika ASI tidak keluar sama sekali, bisa dikarenakan kondisi ibu yang tidak rileks, pengaruh obat, kehilangan banyak darah atau yang lainnya. Ada beberapa cara untuk mengatasi hal tersebut seperti pijat laktasi, pompa ASI secara rutin, buat tubuh menjadi rileks, dan perbanyak minum air putih. ASI mempunyai banyak manfaat untuk tumbuh kembang bayi dan meningkatkan imunitas sehingga bayi tidak gampang sakit jadi sangat disayangkan jika pemberian ASI eksklusif ini dilewatkan.
Makanan Berprotein
Makanan bergizi dengan harga terjangkau sangat mudah didapatkan di pasar-pasar tradisional. Mulai dari tahu, tempe, telur, ayam, ikan hingga daging. Tahu dan tempe menjadi primadona bagi masyarakat Indonesia pada umumnya mulai dari kalangan bawah hingga kalangan atas. Harga yang terjangkau menjadi alasan utama makanan olahan kedelai ini menjadi pilihan dan ternyata nilai proteinnya hampir sama dengan daging ayam segar. Tiap 100g tempe mengandung 14g protein sedangkan daging ayam segar mengandung 18,20g protein (sumber: nilaigizi.com).
(Gambar Kandungan Gizi Tempe Pasar (nilaigizi.com))
(Gambar Kandungan Gizi Daging Ayam Segar (nilaigizi.com))
Jadi, kita sebagai masyarakat Indonesia harusnya bersyukur karena kita memiliki makanan murah namun bernilai gizi tinggi. Tempe juga bisa diolah menjadi berbagai macam masakan mulai dari goreng, oreg, asam manis, balado dan masih banyak lagi.
Telur juga termasuk dalam makanan bergizi dengan harga terjangkau. Tiap 100gr mengandung 12,40g protein (sumber: nilaigizi.com).
(Gambar Kandungan Gizi Telur Ayam Ras (nilaigizi.com))
Sedangkan berat telur sekitar 50-60g tiap butir sedangkan kebutuhan makan balita usia 1-3 tahun hanya ½ - 1 butir telur matang. Kebutuhan daging ayam, ikan dan daging sapi masing-masing sekitar 45-50g tiap hari. Jika dibandingkan dengan kemampuan masyarakat kalangan bawah, bisa saja hanya memakan satu jenis protein dalam satu hari, atau jika ingin lebih baik lagi bisa dengan membeli daging ayam atau ikan sesuai dengan kebutuhan anak saja. Misalnya, jika kita membeli daging ayam di pasar tradisional dengan harga Rp40.000/kg kita bisa membeli hanya 100gr saja dengan harga Rp4.000. Harga tersebut sangat terjangkau untuk memenuhi kebutuhan gizi anak. Jika kita ingin makan makanan yang mengandung omega 3, ikan kembung bisa menjadi pilihan yang menarik. Selain harga yang cukup terjangkau, kandungan gizinya juga melimpah. Harga ikan kembung dikisaran harga Rp42.000/kg jika satu ekor ikan beratnya 100gr maka kita bisa mendapatkan ikan kembung dengan harga Rp4.200/ekor. Jadi dengan harga kurang dari Rp10.000 kita bisa memenuhi kebutuhan gizi anak tiap harinya atau paling tidak kita bisa menggantinya dengan hanya menyajikan protein nabati saja seperti tahu dan tempe dengan harga jauh lebih terjangkau.
Protein tersebut bisa kita pasangkan dengan menu lain seperti sayuran dan nasi (bisa diganti dengan yang lain seperti kentang dan jagung). Sayuran juga tidak kalah penting untuk memenuhi gizi anak dan untuk meningkatkan kekebalan tubuh anak. Ubah pola pikir kita ketika memberi makan anak, jangan hanya asal kenyang namun juga harus memberikan gizi yang terbaik yang bisa kita berikan.
Susu Formula
Selain makanan, minuman yang bernutrisi juga tidak kalah penting. Minuman yang dimaksud adalah susu formula dengan catatan susu formula diberikan pada saat 2 tahun setelah memberikan ASI eksklusif. Susu formula menjadi penting karena untuk pelengkap nutrisi jika asupan nutrisi dari makanan ternyata kurang. Kandungan nutrisi pada susu formula sebagian besar sama dari yang paling murah sampai yang paling mahal. Susu formula yang beredar di pasaran paling murah ada di harga sekitar Rp12.000 dengan netto 120gr bisa dikonsumsi selama 2-3 hari (180ml/hari).
Jadi tidak ada alasan bagi orang tua untuk tidak memberikan makanan bergizi untuk buah hatinya. Orang tua bisa sedikit mengalah untuk anaknya jika memang kondisi ekonomi tidak memungkinkan memberikan makanan bergizi untuk seluruh anggota keluarganya. Jaga pola makan anak pada usia emasnya (0-5 tahun) karena pada usia itu bukan hanya perkembangan secara fisik namun perkembangan otak juga sangat pesat. Pada usia emas inilah yang akan menentukan masa depannya. Putus rantai stunting, jangan hal ini berkelanjutan untuk generasi selanjutnya.