Masyarakat
digital secara empiris memberikan dampak positif bagi masyarakat dalam segala
aspek kehidupan, berbagai penelitian menunjukkan bahwa masyarakat digital telah
mampu memberikan keterbukaan, efektivitas, efisiensi dan kesejahteraan
(European Economic and Social Committee, 2017). Upaya membangun masyarakat digital
di Indonesia dihadapkan pada berbagai permasalahan dan tantangan. Hal
yang mendasar yang digunakan sebagai backbone
layanan teknologi digital adalah infrastruktur teknologi.
Infrastruktur TIK di Indonesia belum sepenuhnya merata
ke penjuru nusantara, masih terjadi disparitas infrastruktur teknologi. Ketimpangan pembangunan yang
dilakukan oleh pemerintah khususnya pada masa Orde Baru yang lebih berorientasi
pada pembangunan di pulau Jawa, berimplikasi pada banyak aspek, termasuk aspek
infrastruktur dimana daerah-daerah di pulau Jawa memiliki infrastruktur
infrastruktur yang jauh lebih baik. dibandingkan dengan pulau lain (Reily,
2018; Wilonoyudho, 2009). Secara empiris, di beberapa daerah masyarakat sampai
saat ini belum dapat mengakses jaringan listrik yang merupakan kebutuhan utama
dalam membangun infrastruktur teknologi, masyarakat hidup tanpa listrik (Adam,
2016). Kesenjangan wilayah tersebut di atas menjadi tantangan bagi pemerintah
untuk menciptakan pemerataan pembangunan sehingga setiap masyarakat yang
tinggal di berbagai wilayah Indonesia dapat memiliki hak dan kesempatan yang
sama untuk dapat membangun masyarakat digital.
Perbedaan nilai dan budaya masyarakat Indonesia yang
majemuk menjadi tantangan implementasi teknologi digital untuk menyentuh secara
langsung ke masyarakat terutama pada masyarakat adat pedalaman yang jauh dari
peradaban teknologi. Indonesia
memiliki beragam suku bangsa, termasuk keragaman budaya dan nilai-nilai lokal
(Ngafifi, 2014). Nilai-nilai lokal ini di beberapa daerah tidak sepenuhnya
menerima budaya barat dalam proses akulturasi, termasuk teknologi. Dalam
praktiknya, pengaruh budaya barat terhadap perilaku buruk sebagian anggota
masyarakat seperti perilaku hedonistik dan individualistik membentuk anggapan
bahwa budaya barat dapat merusak budaya lokal. Hal ini berimplikasi pada
pemahaman sebagian masyarakat yang menganggap bahwa perkembangan teknologi
digunakan sebagai media untuk mentransfer budaya barat. Hal ini menjadi tantangan bagi
pemerintah untuk meyakinkan masyarakat untuk menerima teknologi sebagai kemajuan
yang akan memberikan manfaat positif bagi masyarakat dan tidak akan merusak
nilai dan budaya lokal, upaya memberikan literasi teknologi merupakan salah
satu upaya yang harus dilakukan oleh pemerintah.
Kesenjangan pemahaman, keampuan dan ketrampilan dalam
menggunakan teknologi digital menjadi permasalahan selanjutnya yang dihadapi
oleh Indonesia. Secara
empiris ada sebagian masyarakat yang sangat membutuhkan teknologi dalam
kehidupan sehari-harinya, namun di sisi lain ada sebagian masyarakat yang tidak
terlalu membutuhkan teknologi dalam kehidupan sehari-harinya (Arellano &
Camara, 2017). Kondisi ini menjadi tantangan bagi pemerintah dalam membangun
masyarakat digital, mengenai bagaimana masyarakat tidak hanya mampu menerima
teknologi dalam kehidupannya, tetapi juga dapat memanfaatkan teknologi sebagai
media yang mempermudah kehidupannya sehingga masyarakat dapat beradaptasi dan
memanfaatkannya. teknologi secara merata.
Permasalahan dan tantangan lainnya yang ada di
Indonesia adalah struktur
sosial yang eksklusif.
Masyarakat di beberapa
daerah memiliki struktur sosial eksklusif di mana kehadiran orang asing atau budaya
asing adalah tabu, masyarakat yang memiliki struktur sosial ini pada dasarnya
mendiami masyarakat tradisional. desa
dan/atau desa terpencil. Eksistensi
masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai budaya lokal patut untuk
dihormati, namun di sisi lain menjadi tantangan bagi pemerintah untuk
menghadirkan teknologi dalam kehidupan mereka, hal ini tidak dimaksudkan untuk
mengganggu nilai-nilai lokal yang ada tetapi sebagai upaya untuk mengoptimalkan
pelayanan publik bagi masyarakat, sehingga setiap masyarakat memiliki hak yang
sama dalam mengakses pelayanan publik. Membangun masyarakat digital di
desa adat, misalnya, menjadi sulit bahkan tidak mungkin, sehingga meskipun
struktur sosialnya bersifat eksklusif, pemerintah harus mampu mengakomodir
keberadaan mereka dalam konteks pembangunan masyarakat digital, sebagai bagian
dari masyarakat. yang memiliki karakteristik unik.
Masyarakat digital Indonesia dapat memberikan prospek
pada pembangunan nasional yang dapat digunakan sebagai penghubung berbagai
daerah di Indonesia sebagai negara kesatuan. Digitalisasi dapat digunakan
sebagai komunikasi visual interaktif dengan orang yang berbeda pulau-pulau
Indonesia untuk banyak kepentingan. Indonesia
merupakan negara kepulauan yang memiliki ribuan pulau (Tumonggor, Karafet,
Hallmark, Lansing, & Sudoyo, 2013), Kondisi geografis ini harus disikapi
sebagai prospek untuk menghubungkan berbagai wilayah di Indonesia, bukan
sebagai hambatan yang akan mempersulit pembangunan, salah satunya di antaranya
adalah pembangunan infrastruktur teknologi, karena pembangunan infrastruktur
teknologi akan menjadi dasar dalam membangun masyarakat berbasis teknologi.
Kondisi
Indonesia yang memiliki banyak pulau merupakan prospek bagi pemerintah untuk
membangun masyarakat digital dimana pemerintah tidak hanya membangun
infrastruktur teknologi tetapi juga membangun literasi teknologi bagi
masyarakat agar masyarakat menerima teknologi dan menggunakannya sebagai
bagian. dari kehidupan sehari-hari mereka.. Perkembangan masyarakat digital
diharapkan dapat menghubungkan satu daerah
ke daerah lain, termasuk antar pulau terpencil, sehingga akan diperoleh arus
informasi, pelayanan publik dan peluang usaha tanpa harus secara fisik pergi ke
daerah lain atau keluar pulau untuk mendapatkan pelayanan tersebut.
Terwujudnya
masyarakat digital akan menciptakan konektivitas antara satu wilayah dengan
wilayah lainnya. Membangun
masyarakat digital di berbagai daerah pada akhirnya akan membentuk masyarakat
digital secara nasional sehingga masyarakat digital akan menjadi identitas
dimana jalinan masyarakat berbasis teknologi di berbagai daerah menjadi
identitas nasional bangsa Indonesia.
Disparitas
pembangunan merupakan fakta dimana pembangunan selama ini berorientasi pada
pembangunan di pulau Jawa (Firdaus, 2013). Upaya mewujudkan masyarakat digital
diharapkan mampu menjembatani kesenjangan pembangunan yang ada. Proses menjembatani kesenjangan
pembangunan melalui masyarakat digital dapat diwujudkan melalui tiga cara yaitu: Pertama,
pembangunan masyarakat digital memerlukan pembangunan infrastruktur teknologi,
sehingga komitmen pemerintah untuk dapat membangun masyarakat digital akan
dibarengi dengan pembangunan infrastruktur teknologi., sehingga diharapkan
pembangunan di aspek lain juga dilakukan oleh pemerintah, kemudian tercipta
pemerataan pembangunan antar daerah. Kedua, jika masyarakat digital dapat
diwujudkan, maka pemerataan informasi dan kesempatan dalam pembangunan akan diperoleh yang diharapkan
masyarakat digital akan mendorong terwujudnya pembangunan yang seimbang antar
daerah. Ketiga, keadilan dan kesetaraan merupakan bagian dari ciri masyarakat
digital, sehingga masyarakat akan berupaya mengatasi kesenjangan pembangunan
untuk segera diselesaikan, yang pada akhirnya diharapkan dapat mempercepat
pemerataan pembangunan. Dari paparan di atas diharapkan komunitas digital mampu
menjadi salah satu aktor yang menyuarakan keadilan dalam pembangunan, hal ini
karena keterbukaan dan kesetaraan antar masyarakat merupakan bagian dari
nilai-nilai masyarakat digital.
Perkembangan
smart city di Indonesia saat ini sedang gencar-gencarnya, dengan berbagai
infrastruktur teknologi yang dibangun sebagai upaya untuk mempermudah
terwujudnya smart city, bahkan beberapa kota telah mendeklarasikan diri sebagai
smart city (Prakoso, 2018; Utomo & Hariadi, 2016). Salah satu aspek
terpenting dalam keberhasilan implementasi kebijakan kota pintar adalah
bagaimana membangun masyarakat digital di mana masyarakat secara cerdas
memanfaatkan teknologi dalam kehidupan sehari-harinya (Arellano & Camara,
2017; Sasvari, 2012).
Upaya
membangun smart city juga harus diimbangi dengan membangun masyarakat digital
yang mendukung keberhasilan smart city sehingga terjadi korelasi yang
berkesinambungan antara masyarakat dengan elemen smart city lainnya. Manfaat
masyarakat digital dalam konteks smart city setidaknya terdiri dari tiga hal,
yaitu: Pertama, Masyarakat
sebagai end customer smart city akan mendapatkan keuntungan langsung dari
penerapan kebijakan smart city, karena akan menghubungkan masyarakat dengan elemen
smart city lainnya seperti smart government, smart economy dan lain-lain. Kedua, keberhasilan membangun smart
society sebagai identitas masyarakat digital akan mampu mendorong keberhasilan
elemen smart city lainnya, misalnya untuk elemen smart economy, ketika smart
society membutuhkan akses ekonomi, model ekonomi yang ingin mereka peroleh
bukanlah ekonomi tradisional, melainkan ekonomi cerdas, dalam hal ekonomi
cerdas belum terwujud maka masyarakat akan berupaya mewujudkan ekonomi cerdas
karena menjadi kebutuhan, sehingga masyarakat cerdas akan terakselerasi.
pengembangan ekonomi cerdas. Hal ini juga berlaku pada elemen-elemen lainnya,
sehingga keberhasilan mewujudkan elemen-elemen dalam smart city akan sangat
ditentukan oleh seberapa berhasil pembangunan smart society yang telah
dilakukan. Ketiga, masyarakat digital akan selalu menjadi elemen smart city
yang mendorong keberlanjutan kebijakan smart city sehingga berbagai inovasi
yang ditujukan untuk mensukseskan kebijakan smart city akan didukung oleh masyarakat,
dukungan ini akan memberikan peluang bagi masyarakat.
Pemerintah
mengimplementasikan berbagai inovasi kebijakan smart city di masa depan. Membangun masyarakat
digital tidak hanya akan memberikan dampak
positif bagi masyarakat itu sendiri tetapi juga akan berdampak positif pada
semua aspek yang secara komprehensif berperan dalam pembangunan suatu bangsa,
bahkan adopsi dan pemanfaatan teknologi yang merupakan bagian dari masyarakat
digital akan dapat meningkatkan nilai-nilai sosial dan budaya dalam
konteks digital.