Kompetensi Masyarakat Digital


Oleh Mochammad Rizal Alim Kuncoro, 17 June 2022
Sumber: tegalkab.go.id

Kompetensi digital adalah pemikiran, kemampuan, ketrampilan dan pengetahuan terkait penggunaan teknologi digital. Selama beberapa tahun terakhir, beberapa istilah telah digunakan untuk menggambarkan kompetensi dalam menggunakan teknologi digital sebagai sumber daya untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, kreatifitas dan inovasi, seperti keterampilan TIK, literasi informasi dan literasi digital, dan keterampilan digital. Kompetensi digital juga menyelidiki keterampilan digital yang diperlukan melalui budaya partisipatif, menekankan keterampilan sosial daripada keterampilan individu, perubahan masyarakat dan budaya berdasarkan teknologi baru. Pemerintah harus tanggap dalam melakukan upaya untuk mengidentifikasi dan mengkonseptualisasikan keterampilan dan kompetensi yang diperlukan masuk dalam standar pendidikan. Selain itu, kompetensi digital terkait juga dengan kebijakan normatif, mewakili tujuan yang ingin dicapai.

Istilah kompetensi lebih banyak digunakan daripada keterampilan, karena mencerminkan kebutuhan akan lebih luas dan lebih mendalam. Hubungan antara kompetensi dan keterampilan didefinisikan bahwa kompetensi lebih dari sekadar pengetahuan dan keterampilan yang melibatkan kemampuan untuk memenuhi tuntutan yang kompleks, dengan memanfaatkan dan memanfaatkan sumber daya dalam konteks tertentu. Kompetensi digital tidak hanya terdiri dari keterampilan digital tetapi juga aspek sosial dan emosional untuk menggunakan dan memahami perangkat digital. Komisi Uni Eropa telah mendefinisikan kompetensi digital sebagai tindakan yang melibatkan penggunaan TIK dengan percaya diri dalam komunikasi, pekerjaan, pendidikan dan hiburan yang didasarkan pada ketrampilan dasar untuk mengambil nilai, menyimpan data dan informasi, produktivitas, berbagai pakai data dan partisipasi aktif secara kolaboratif melalui jaringan internet dengan berbagai entitas di penjuru belahan dunia (Punie & Cabrera,2006).

Menurut Morin (2001), setiap individu setidaknya memiliki 4 kompetensi inti yang harus dimilikidi era digital, yaitu (1) memiliki wilayah pemikiran strategis dan kompleks, dengan kata lain, dialogis, rekursif dan berdasarkan 'prinsip hologram', yang mengacu pada kemampuan untuk memuat seluruh informasi, di setiap partikel tunggal dari semua; (2) bidang keterampilan teknis-metodologis yang mungkin memiliki tingkat dan derajat yang berbeda penguasaan tetapi yang masih membutuhkan pelatihan transversal dan luas mengingat meresapnya teknologi digital dalam kehidupan kita; (3) bidang keahlian yang terkait dengan penerapan identitas planet yang didukung oleh proses “globalisasi” yang semakin kuat, mampu memikirkan pembangunan lokal sebagai pengembangan masyarakat dan bukan hanya sebagai spekulasi ekonomi; (4) bidang kompetensi digital, atau budaya digital yang lebih baik, yang diperlukan untuk bergerak secara sadar dalam sistem yang bergeser antara peluang demokrasi dan inovasi digital dan risiko bentuk baru totalitarianisme teknologi yang dibuat dimungkinkan oleh penggunaan propaganda politik yang tidak dapat dibenarkan oleh internet.

Penerapan teknologi baru bukan berbicara tentang teknologi yang harus menjadi pusat melainkan sejatinya adalah manusialah yang menjadi pusat perhatian dan komando. Dalam hal ini, banyak tantangan yang harus dihadapi dari perkembangan teknologi. Kemajuan AI, teknologi web semantic dan dan peningkatan realitas akan memungkinkan pasar, menciptakan lingkungan kolaboratif yang semakin terfokus pada peningkatan user experience, kontekstual dan dimensi sosio-relasional. Proses ini memperkuat peran modal sosial yang menjadi tempat dan proses pembangunan pengetahuan dan sosial dengan menciptakan peluang dan menimbulkan tantangan baru bagi knowledge economy dan inovasi sosial dalam jejaring digital.

Masyarakat digital dengan jaringan global membutuhkan subjek untuk mematangkan kesadaran baru yang bergerak dalam hubungan ruang publik virtual dengan tuntutan pendidikan yang relevan. Sistem pendidikan dihadapkan pada tantangan baru, bukan hanya transmisi pengetahuan tetapi pembentukan subjektivitas yang mampu (1) mengekspresikan diri melalui bentuk hubungan dan komunitas baru, di antaranya digital mediasi sekarang menjadi komponen yang tak terelakkan; (2) memahami refleksi dari konstruksi identitas yang ditentukan dengan menjalani web, mengatasi dikotomi real-virtual, karena mereka adalah dua wajah dari medali yang sama yang konsekuensi selalu dan dalam hal apapun bergema di 'di sini dan sekarang' dari kehidupan kita sehari-hari; (3) untuk mengantisipasi kemungkinan masa depan organisasi sosial dan ekonomi yang tenggelam dalam sistem yang bergejolak dalam menghadapi perubahan luar biasa dalam tindakan. Oleh karena itu, perkembangan teknologi harus sejalan dengan pembangunan manusia yang integral.

Pemikiran yang holistik merupakan modal dasar manusia dalam mengarungi disrupsi digitalisasi.  Aspek ini mencakup pemikiran strategis dan kompleks, yang menyeluruh pada sebuah fenomena yang terjadi pada dunia digital ataupun inovasi digitalisasi. Masyarakat memahami dengan baik dan benar bahwa digitalisasi merupakan cara pandang baru yang tidak terpisahkan dari manusia saat ini. Ketrampilan teknis dan metodologis ini sangat dibutuhkan dalam dunia digital mengingat perkembangan digital yang sangat cepat, luas dan disruptif. Dalam hal ini dapat memungkinkan terjadinya tingkat penguasaan yang berbeda dalam masyarakat sehingga diperlukan adanya literasi digital dalam masyarakat. Kolaboratif multidisiplin ilmu menjadi bagian dalam kompetensi untuk menciptakan inovasi digital dalam menyelesaikan permasalahan yang komplek baik isu lokal, nasional dan global. Digitalisasi sangat memungkinkan untuk kolaborasi antara disiplin ilmu bahkan tanpa terbatas ruang dan waktu. Era digital menjadikan masyarakat mudah dalam mengakses informasi penelitian dari berbagai macam disiplin ilmu. Memamahi budaya digital adalah unsur yang mendasar pada masyarakat digital itu sendiri. Budaya digital menjadi pendorong masyarakat berubah menjadi masyarakat digital. Saat ini, kehidupan masayarakat kita sangat dipengaruhi oleh digitalisasi. (Capogna dkk, 2018)