Keluarga, Madrasah Utama Bagi Anak


Oleh Oka, 09 September 2019
Sumber: tegalkab.go.id

Slawi -  Keluarga mempunyai peran besar bagi pertumbuhan sang anak. Karena keluarga merupakan laboratorium untuk menyiapkan anak-anak menjadi generasi yang berkualitas dan berperilaku baik untuk masa yang akan datang. Maka tak heran, keluarga adalah madrasah utama bagi anak. Madrasah pertama dalam proses pendidikan manusia, yang membawa peran penting dalam kehidupan.

Sejalan dengan itu, adanya pengawasan serta komunikasi yang baik dari orang tua, tentunya peristiwa maupun kasus kenakalan dan pergaulan bebas remaja yang sedang terjadi dapat diminimalisir. Hal tersebut disampaikan oleh Psikolog BKD Rachmawati saat acara Kabar Bupatiku dengan tema "Mencegah Kenakalan dan Pergaulan Bebas Remaja", di Studio Mini Humas Pemkab Tegal, Senin (9/9) pagi.

"Kita perlu lihat lagi pola asuh orang tua terhadap anaknya. Karena banyak anak yang kelihatannya baik-baik saja, maka orang tua tidak merasa khawatir. Padahal orang tua tidak tahu, apa yang sedang dikerjakan oleh anak di depan komputer atau di gadgetnya. Apakah pernah mendiskusikan itu semua?," tutur Rachma.

Untuk itu, Rachma mengatakan hal yang harus dilakukan adalah jalin komunikasi dengan anak sejak dini. Karena, menurut Rachma ketika dari kecil anak mulai merasa nyaman terhadap orang tua, maka sampai dewasa anak akan merasa nyaman dan aman saat bercerita kepada orang tua.

"Tapi ketika dari kecil si anak bercerita kepada orang tua dan orang tua mengabaikannya, maka si anak akan enggan bercerita dengan orang tua. Sehingga, ia akan menemukan orang lain dan bercerita ke orang lain. Yang dikhawatirkan adalah menemukan orang yang salah. Hal ini kemudian yang menjadi permasalahannya," katanya.

Terkait hal tersebut, Kasat Reskrim Polres Tegal Bambang Purnomo selama menangani kasus tentang kenakalan remaja banyak dilatarbelakangi oleh keluarga yang broken home atau keluarga tidak harmonis. Dari keluarga yang tidak harmonis ini, dapat membawa dampak mental dan psikologis terhadap anak.

"Seperti kasus di Cerih kemarin, korban berasal dari keluarga yang broken home. Bahkan jarak rumah korban dan pelaku tidak jauh dari mushola," terang Bambang.

Sementara itu, Sekretaris Dikbud Kabupaten Tegal Ahmad Wasyari menyampaikan bahwa keterbatasan ekonomi, waktu dan pengetahuan mengakibatkan orang tua tidak mampu menjadi madrasah utama anak. Maka, disinilah peran pendidikan atau seorang guru.

"Guru harus mampu memposisikan diri sebagai orang tua, tempat berlindung dan bernaung untuk anak-anak. Guru harus menjadi tempat bertanya dan tempat belajar untuk anak-anak. Guru juga harus menjadi teman atau tempat curhat anak," ungkapnya.

Ditempat yang sama, Kabid Pemberdayaan Perempuan Dinas P3AP2KB Tien Mei Antiyas menuturkan apabila masyarakat mendapati atau menjadi korban pelecehan seksual maupun kekerasan, dapat melaporkan langsung ke Dinas P3AP2KB.

"Kami sudah bersinergi dengan lembaga terkait seperti LBH, Kepolisian maupun Dikbud, kami juga menyediakan jasa psikolog secara gratis," terang Tien.