KEBANGKITAN NASIONAL DI MASA PANDEMI


Oleh Afiati Hary K. ( ASN RSUD Suradadi ), 21 May 2021
Sumber: tegalkab.go.id

Kebangkitan suatu bangsa ditentukan oleh semangat bangsa itu sendiri untuk bangkit. Bangsa Indonesia memperingati Hari Kebangkitan Nasional pada setiap tanggal 20 Mei, dikondisikan untuk tetap menjaga semangat kebangsaan dan nasionalime. Hal ini sesuai amanah tiga tokoh utama Budi Utomo yaitu Douwes Dekker, dr. Cipto Mangunkusumo dan Ki Hajar Dewantoro (Suwardi Suryaningrat).  yaitu telah mewadahkan semangat pergerakan Nasional melalui berdirinya Budi Utomo 20 Mei 1908. Sebagai generasi penerus, kita ingin selalu mengenang dan mempertahankan semangat kebangsaan dan cinta tanah air. Berbangsa Satu Bangsa Indonesia, Bertanah Air satu tanah air Indonesia dan Bertumpah darah satu tumpah darah Indonesia.

Semangat Nasionalisme

Saat ini rasa nasionalisme pada masyarakat kembali dipertanyakan, seiring dengan perkembangan zaman dan perubahan  situasi dan kondisi. Pemerintah dan masyarakat saat ini berada pada posisi ekonomi yang memprihatinkan pasca ledakan covid-19 yang pertama pada 2020 lalu. Pertumbuhan ekonomi Indonesia sempat menurun pada triwulan II tahun 2020 yaitu sebesar 2,97% semenjak adanya wabah pandemi covid pada pertengahan Maret 2020, meskipun kembali menanjak di angka 5% lebih. Sebagian masyarakat merasa sangat prihatin dengan kondisi yang terpuruk sampai imbasnya menimbulkan resesi ekomomi.  Pengangguran meningkat sebagai dampak perusahaan yang pailit karena tidak mampu membayar tenaga kerjanya, praktis mempengaruhi daya beli masyarakat. Sementara daya beli masyarakat merupakan indikator utama kemampuan ekonomi suatu bangsa disamping belanja pemerintah.

Indonesia membutuhkan perjuangan keras untuk memulihkan kondisi ekonomi yang sedang melanda saat ini. Beberapa target menjadi capaian indikator pertumbuhan ekonomi, diantaranya meliputi Growth Domestic Product (GDP) atau Produk Domestik Bruto, Growth Domestic Happiness (GDH) atau Indeks Kebahagiaan, Growth Domestic Well-being (GDW) atau Indeks Kebahagiaan, Ability to Pay (daya beli masyarakat), termasuk juga tanggap darurat bencana, ketahanan pangan, ketahanan ekonomi, serta ketahanan sosial. Disamping itu berbagai kebijakan pemerintah dilancarkan untuk mengurangi pengangguran, seperti menstimulus mendatangkan investor asing, pariwisata sampai dengan kemudahan dalam permodalan untuk usaha. Kinerja ekonomi banyak ditentukan dari konsumsi rumah tangga serta daya beli masyarakat. Penguatan konsumsi rumah tangga penting guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi.  Peningkatan pertumbuhan ekonomi dengan indikator peningkatan ketahanan di bidang pangan, ekonomi juga sosial diharapkan akan lebih terpacu melalui semangat nasionalime melalui momentum Kebangkitan Nasional.

Jika pada zaman dahulu rakyat berjuang dengan menggunakan bambu runcing melawan kolonial maupun pasukan Nipon/ penjajah yang lain, perjuangan para pendahulu untuk keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), maka saat ini perjuangan bertransformasi bentuk untuk menghadapi pemulihan ekonomi pasca resesi 2020 lalu dan reformasi nasional terdampak covid-19. Resesi yang berpengaruh secara fundamental dan memerlukan reformasi secara nasional. NKRI harga mati, dan kita harus secara bersama mengusung semua program dan kebijakan pemerintah. Tidak hanya generasi muda seperti amanah sumpah pemuda dan pergerakan nasional, sekarang bahkan semua kalangan harus menyingsingkan lengan baju untuk memikirkan dan membantu memenuhi kebutuhan negara.

Mematuhi Kebijakan

Berbicara masalah pertumbuhan ekonomi tidak lepas dari pengelolaan kesehatan. Semakin tinggi angka kesakitan pada masyarakat maka pengeluaran pemerintah semakin besar. Angka kesakitan covid harus dibatasi, patuhi 3 M (Mencuci tangan pakai sabun, Menjaga jarak, dan Memakai masker) yang dilanjutkan dengan 3T  (Tracing, Test dan Treatment). Kebijakan pencegahan covid-19 mewajibkan kita untuk mengubah  perilaku sebagai wujud rasa nasionalisme, beberapa diantaranya social distancing, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), dan New Normal. Jika kita ingin berjuang untuk Negara Kesatuan RI berarti kita harus mengubah perilaku bermasyarakat, maskermu menjaga kesehatanku dan maskerku menjaga kesehatanmu. Tantangan dilakukan masyarakat pedesaan yang erat dengan budaya persaudaraan, maupun alasan estetika, masih cantik dan gantengkah dengan maskermu, sopankah berbicara dengan tetap memakai masker.

No tracing, kebijakan larangan mudik yang tahun kemarin masih lumayan ditaati sekarang seperti angin yang bertiup tanpa halangan. Tidak tahu karena memendam rindu yang mendalam, melakukan dharma bakti kepada orang tua ataupun alasan lainnya, atau karena alih-alih sudah diberi vaksin sehingga merasa kebal seperti sebab bencana covid di India atau karena budaya abadi masyarakat yaitu sebagai risk taker sehingga berani menghadapi apapun risiko yang di depan mata. Masyarakat seakan tidak peduli risiko covid sebagai silent killer karena Happy hypoksi (meninggal dengan unpredictable sebelumnya).  Data terakhir tecatat dari test acak yang dilakukan pada 6.724 pemudik, terdapat 4.123 orang yang terkonfirmasi positif corona. Hasil yang spektakuler jumlahnya jauh melebihi rata-rata terkonfirmasi harian di Indonesia.

Pembatasan Sosial Berskala Besar, Social distancing dan New Normal sebagaimana disebutkan di dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07.MENKES/328.2020 tentang Panduan Pencegahan Pengendalian Covid-19 di Tempat Kerja Perkantoran dan Industri dalam Mendukung Keberlangsungan Usaha pada Situasi Pandemi, diharapkan merupakan supprot system pendukung pencegahan covid-19 dalam percepatan pemulihan ekonomi dan reformasi sosial. Masyarakat diharap mematuhi aturan pemerintah karena inilah wujud perjuangan yang sebenarnya, sepadan dengan bambu runcing dan meninggal di medan laga bahkan terasa lebih berat karena harus mengubah perilaku atau budaya. Masyarakat harus memiliki tekad untuk mematuhi kebijakan pemerintah dengan mengubah perilaku yang sehat serta lebih cerdas menelusur dan menyikapi berita simpang siur yang menyurutkan persepsi masyarakat terhadap covid-19 (Widodo dalam Rizkinaswara, 2020).

 

 

Aksi Perjuangan

Menaati kebijakan pemerintah untuk menjaga kesehatan melalui New Normal bukan berarti mematikan perekonomian seperti pendapat yang beredar di masyarakat. Sering kita salah mengartikan bahwa ini merupakan titik awal kurangnya penghasilan pada masyarakat. Tidak semua masyarakat dapat bertahan di masa resesi ekonomi bangsa ini. Sejatinya kita hanya perlu mengubah bidang pekerjaan saja. Bagi masyarakat yang masih memiliki penghasilan dapat berhemat dan dapat mengikuti kursus atau pelatihan online atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Saat ini pekerja harus menyesuaikan metoda sesuai era disrupsi (digital), karena revolusi industri 4.0 menuntut Sumber Daya Manusia yang berkualitas dan berdaya saing. Munculnya kecerdasan tiruan menambah persaingan tenaga kerja sehingga merupakan cambuk bagi kita untuk senantiasa meningkatkan kemampuan dan keterampilan sebagai kelebihan yang patut diperhitungkan ketika harus dibandingkan dengan mesin (Robandi, 2019). Adapun pada masyarakat yang sama sekali tidak  berpenghasilan ataupun tabungannya sudah habis, harus lebih kreatif mencari lapangan pekerjaan yang uptodate (jasa online atau bisnis degrowth yang membumi seperti tanaman hias atau bernilai ekonomi maupun bisnis kuliner yang tidak mengenal mati (Ginting, 2020). Ketahanan ekonomi dicapai dengan (berkebun dan bertani untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga sendiri. Sektor pertanian tumbuh mencapai 16% selama masa pandemic (Masduki 2020), terbukti banyak masyarakat menanam dan membudidayakan tanaman pangan, bahkan masyarakat perumahan sebagian mengganti jenis tanaman dengan tanaman yang dapat dikonsumsi.

Masyarakat juga perlu untuk mengupayakan; ketahanan pangan, ekonomi dan sosial lingkungan sekitar sesuai amanah persatuan. Ketika ada saudara yang kekurangan adalah kewajiban kita untuk berbagi pada sesama. Pemberian bantuan dan donasi muncul sebagai empati untuk menolong masyarakat yang kurang beruntung dan terhimpit ekonominya. Bersyukur bahwa sudah banyak masyarakat yang mengulurkan bantuan, pembagian bahan makanan disalurkan pada daerah-daerah minus di sekitar. Hal ini merupakan kekuatan persaudaraan dan kebangsaan Indonesia, pada saat rasa care sudah mulai menipis di masa modern seperti sekarang, menjadi tumbuh subur lagi dengan adanya pandemi covid-19 pada masyarakat.

 Sungguh beragam upaya perjuangan di masa pandemik, keberhasilan di semua bidang merupakan tolok ukur masih adanya semangat kebangsaan dalam diri kita, terbukti dapat lolos dari  banyak masalah yang menguji persatuan. Banyak tanggung jawab kita bagi negara dan masyarakat untuk dapat tetap berpartisipasi meningkatkan semua sektor pembangunan, termasuk perekonomian yang sempat mengalami kontraksi ekonomi (pertumbuhan ekonomi negatif) pada tahun lalu. Prinsipnya, tidak ada kegiatan positif yang tidak bermanfaat. Disadari maupun tidak disadari pandemi sudah memberikan sisi positif dalam kehidupan baik untuk kebutuhan pribadi, berkeluarga, bermasyarakat juga berbangsa.  Jangan dikira kegiatan sederhana kita di rumah bukan merupakan perjuangan Kebangkitan Nasional. Jadi kita dapat berperan di bidang penguatan ekonomi domestik dan mempertahankan kesehatan. Penguatan ekonomi domestik merupakan kunci utama untuk mempercepat pemulihan ekonomi nasional yang terdampak pandemik covid-19.