Slawi - Usai inspeksi sejumlah kantor pelayanan publik pemerintah di hari pertama masuk kerja pasca cuti Lebaran, Bupati Tegal Umi Azizah tinjau obyek wisata Waduk Cacaban Senin (10/6). Di pintu masuk, Umi sempat layani pembelian tiket pengunjung. Mendapat layanan istimewa, tak sedikit pengunjung yang abadikan momen langka tersebut, termasuk mengajak foto bersama orang nomor satu di Kabupaten Tegal ini.
Meski libur Lebaran sudah usai, masih saja banyak wisatawan yang datang ke waduk seluas 928,7 hektare ini. Umi mengaku, pihaknya tengah membangun citra kepariwisataan Kabupaten Tegal yang lebih baik, murah dan ramah bagi wisatawan, sehingga setiap kali ada keluhan warga, Umi terus memantau tindaklanjutnya. “Termasuk kunjungan saya kali ini adalah untuk menggali informasi soal tarif tiket masuk Cacaban yang katanya tidak transparan sehingga dikeluhkan warga”, katanya.
Setelah mengecek kelengkapan personil jaga, Umi sampaikan jika informasi tarif tiket di loket tersebut sudah terpasang cukup lama, hanya posisinya saja yang perlu sedikit diturunkan supaya tampak jelas semua. “Di lembaran karcis atau tiket masuk juga sudah tertera tarif sesuai Perda, ditambah biaya asuransi enam ratus rupiah. Ada pula donasi sukarela dari PMI senilai dua ribu rupiah yang sifatnya tidak wajib”, ungkapnya.
Ditanya Umi soal keluhan warga beberapa waktu lalu, Suwito, petugas jaga yang kebetulan melayani saat itu mengungkapkan pengunjung tersebut awalnya tidak mau membayar tarif tiket resmi untuk enam belas orang di dua mobil senilai sembilan puluh ribu rupiah. “Pengunjung hanya sanggup membayar dua puluh ribu rupiah, sehingga saya pun mengalah dengan tidak memasukkan donasi PMI dan tiketnya berkurang menjadi enam puluh ribu rupiah”, jelasnya.
Dengan harga tiket sebesar itu warga pengunjung tersebut masih juga tidak mau dan berbalik arah tidak jadi masuk. Entah mengapa, lanjut Suwito, pihaknya kemudian dilaporkan karena harga tiket tidak jelas, bisa dinego atau diturunkan, padahal pengurangan tersebut terjadi karena donasi untuk PMI tidak ia kenakan. Suwito juga menuturkan, inisiatif dirinya dan rekan-rekan lain menarik biaya retribusi sebelum pintu masuk lebih karena untuk mempercepat proses antrian, disamping medan jalannya di pintu masuk selatan cukup curam. “Jadi, setelah dihitung jumlah pengunjungnya, saya bawa uang pembayaran tersebut ke pos untuk ditukarkan tiket dan uang kembalian jika ada”, ujarnya. Jumlah yang dibayarkannya pun pasti sama dengan karcis masuknya, tidak lebih, tidak kurang lanjut Suwito.
Ditanya soal selisih pembayaran dengan nominal tertera di karcis masuk, Suwito menjelaskan jika biaya asuransi sebesar enam ratus rupiah memang tidak masuk di nominal yang tercetak besar di lembaran tiket yang senilai dua ribu sembilan ratus rupiah, melainkan tercetak kecil di sisi kanan bawah karcis, sehingga jika ditambahkan, timbul persepsi pengunjung ada selisih nominal enam ratus rupiah.
Mendengar jawaban tersebut, Umi justru mendukung langkah Suwito yang tidak mengizinkan warga pengunjung masuk ke Cacaban karena menawar harga tiket yang tidak sesuai ketentuan tarif berlaku. Umi bahkan menghimbau kepada para wisatawan agar mempersiapkan segala sesuatunya, tak terkecuali biaya tiket masuk ke Cacaban yang menurutnya terbilang murah, hanya tiga ribu lima ratus rupiah per orang sudah termasuk asuransi. [Oka]