Penggunaan gadget sudah merambah hampir seluruh lini kehidupan. Bisa digunakan untuk keperluan pribadi, hiburan, pekerjaan, hingga sekolah. Gadget sendiri adalah semua perangkat elektronik yang bisa terhubung ke internet contohnya smartphone, smart tv, laptop. Internet sendiri banyak manfaatnya dari media sosial, portal berita, hiburan, edukasi dan lainnya. Penggunanya pun beragam dari usia 5 tahun hingga 25 tahun ke atas. Pada tahun 2022, pengguna internet usia 25 tahun ke atas sebanyak 58,63%. 19-24 tahun 14,96%, 16-18 tahun 7,47%. 13-15 tahun 6,77%. dan 5-12 tahun 12,43%. Rata-rata penggunaan internet hampir 8 jam sehari.
Dari data di atas, pengguna internet dengan usia 5-12 tahun terbilang cukup banyak. Hal tersebut membuktikan bahwa masyarakat kita cukup membebaskan anak untuk menggunakan gadget. Tentu saja hal ini harus diawasi oleh orang tua karena meskipun banyak manfaat, namun juga berbanding lurus dengan hal negatif di dalamnya. Kebanyakan orang tua menggampangkan anaknya bermain gadget karena menginginkan cara mudah supaya anak tidak rewel, tidak banyak mainan dan tenang. Sebetulnya orang tua bisa memilih antara boleh bermain dengan gadget atau tidak sama sekali. Namun jika tidak boleh bermain gadget sama sekali, lingkungan juga harus mendukung dan komitmen dengan itu karena jika tidak komitmen maka akan percuma. Jika anak melihat anggota keluarga yang lain bermain gadget maka dia akan merengek minta bermain gadget juga. Keputusan yang ideal adalah membolehkan anak bermain gadget namun dibatasi dan diawasi oleh orang tua. Berikut adalah tips penggunaan internet bagi anak.
Membangun komunikasi terbuka dengan anak
Berkomunikasi dengan anak bisa dimulai dengan cara bertanya kepada anak. Tanyakan kepada anak apa yang menarik dengan gadget. Anak biasanya meniru orang terdekatnya bisa orang tua, saudara atau anggota keluarga yang lain. Dengarkan dahulu apa yang diinginkan oleh anak. Jangan langsung melarang, biasakan untuk menyertakan alasan kenapa hal tersebut tidak diperbolehkan. Kegiatan seperti ini juga bisa membiasakan anak untuk berdiskusi dengan orang tua. Setelah mendengarkan, selanjutnya orang tua memberikan solusi untuk anak, tontonan atau gim seperti apa yang cocok untuk anak.
Jadi kita harus memastikan anak tertarik dengan hal-hal yang sesuai dengan usianya. Misalkan anak melihat orang tua menonton video, maka tawarkan anak menonton video sesuai dengan usianya bisa dengan tontonan kartun yang mendidik. Selalu sediakan akun media sosial khusus untuk anak karena media sosial akan memberikan rekomendasi video / tontonan yang sering ditonton oleh pengguna. Jika anak masih menggunakan akun orang tua, ketika orang tua menonton tontonan dewasa maka anak akan disodorkan rekomendasi sesuai dengan tontonan orang tua. Namun orang tua juga selalu berhati-hati dengan tontonan anak. Sekarang ini kebebasan berpendapat sangat gencar dikampanyekan hingga pendapat yang melenceng dari ideologi atau keyakinan seperti LGBT.
(Sumber: YouTube.com)
Fenomena ini tentu sangat mengkhawatirkan. Orang tua tentu tidak ingin anaknya terkontaminasi dengan pengaruh buruk, maka orang tua harus tetap mengawasi tontonan anak. Jangan biarkan anak bermain gadget sendiri, pastikan ada orang didekatnya. Jika ingin lebih mudah, bisa dengan mengalihkan dari smartphone ke smart tv / laptop jadi anak menonton dengan layar yang lebih lebar sehingga orang tua dapat dengan mudah mengawasi.
Tetapkan aturan penggunaan internet
Penggunaan internet pada anak harus diawasi dan dibatasi. Internet itu sangat adiktif, jika anak sudah belajar sedikit maka dia bisa eksplor seluas-luasnya. Batasi jamnya atau batasi kuotanya dan selalu berinternet dekat dengan orang tua. Ketika anak sedang bermain gadget, usahakan orang tua selalu berinteraksi dengan anak. Seperti mengomentari apa yang ditonton, ikut bernyanyi dan menari atau ketika menonton video mengaji orang tua ikut mengaji seperti mengajari anaknya. Kegiatan seperti itu membuat anak tidak kehilangan sosok orang tua, dia akan selalu merasa ada orang tua didekatnya.
Selain tontonan, aplikasi dan media sosial juga harus diawasi. Ada beberapa aplikasi yang bisa disalah gunakan oleh sebagian orang seperti VPN. VPN sendiri berguna untuk membuka situs yang telah diblokir oleh pemerintah seperti situs porno. Jika menemukan aplikasi tersebut segera tanyakan kepada anak kenapa dan buat apa menginstal aplikasi tersebut. Berikan pengertian kepada anak bagaimana cara menggunakan aplikasi tersebut secara bijak sehingga tidak disalah gunakan.
(Sumber: play.google.com)
Media sosial bisa untuk membantu anak untuk bersosialisasi dengan teman-temannya. Namun juga bisa memberikan dampak buruk untuk anak seperti cyber bullying. Walaupun hanya sekedar kata-kata namun bisa berdampak buruk untuk psikis anak. Anak belum siap untuk menghadapi hal seperti itu. Berbeda dengan orang dewasa yang bisa lebih tidak menghiraukan itu.
Jadilah pelindung virtual
Maraknya cyber bullying membuat orang tua selalu siap untuk membela anak, bukan hanya di dunia nyata namun juga di dunia maya. Pastikan orang tua dan anak saling follow di media sosial sehingga bisa dengan leluasa mengawasi anak. Karena selain cyber bullying, postingan yang tidak pantas untuk anak juga banyak di media sosial.
Pilihkan aplikasi / gim untuk anak
Memilih aplikasi untuk anak-anak perlu selektif karena tidak semua cocok untuk anak. Aplikasi anak harus bersifat edukatif namun tetap menyenangkan. Seperti belajar mengenal warna, huruf, angka, hewan dan lainnya. Berikut beberapa kriteria memilih aplikasi untuk anak.
Tidak ada iklan
Iklan akan mengganggu kegiatan anak ketika membuka aplikasi dan bisa saja anak asal klik dan bisa install asal aplikasi. Karena jika salah install bisa saja aplikasi tersebut adalah malware / virus. Salah satu ciri aplikasi tersebut malware adalah smartphone mendadak menjadi lemot dan sering muncul iklan walaupun aplikasi tidak sedang dibuka. Kekurangan dari aplikasi tidak ada iklan, sebagian kontennya berbayar tetapi yang gratis pun sudah cukup.
Tidak menggunakan paket data
Aplikasi yang tidak menggunakan paket data berarti bisa dibuka kapan saja dan di mana saja. Karena orang tua tidak bisa memastikan anak akan meminta bermain gadget kapan dan biasanya akan tantrum.
Mudah dioperasikan
Anak akan lebih mudah belajar ketika aplikasi yang digunakan mudah dimengerti oleh anak. Seperti contohnya bermain puzzle di smartphone, ketika anak bisa dengan mudah menggeser-geser potongan puzzle maka anak akan mudah untuk bermain. Berikut contoh aplikasi / gim untuk anak.
(Sumber: play.google.com)